Kamis, 08 November 2012

Komunitas Reptil Bandung: Tahu, Mengenal, dan Peduli


Banyak orang yang mengatakan bahwa reptil adalah hewan yang buas dan menjijikkan. Tunggu dulu, kenyataannya reptil bisa menjadi hewan peliharaan yang jinak seperti halnya kucing dan juga anjing. Komunitas Reptil Bandung (KRB) tengah melakukan ‘promosi’ gencar-gencaran mengenai kelayakan reptil untuk dijadikan hewan peliharaan ini. “Dulu, kita pernah nyoba bawa reptil jalan-jalan di Ciwalk, tapi ternyata kita diusir, padahal Ciwalk itu termasuk pet-mall,” ujar Tema Datresta, ketua KRB.


Fakta-fakta yang mengungkap bahwa reptil masih dipandang sebelah mata itulah yang membuat KRB bertekad untuk memasyarakatkan reptil. Untuk mewujudkan tekad tersebut, KRB mulai melakukan sosialisasi mengenai reptil di acara-acara yang diselenggarakan di Kota Bandung. Selain membuka stan di acara-acara tersebut, KRB juga rutin mengadakan sosialisasi di Car Free Day (CFD) setiap Minggu. Mereka biasanya membawa reptil-reptil peliharaan mereka, seperti biawak, ular, dan iguana agar orang-orang mulai menjadi terbiasa dengan reptil.

Banyak yang tidak menyadari bahwa reptil sebenarnya adalah aset berharga yang dimiliki Indonesia. Reptil terbesar di dunia berada di Indonesia, yakni komodo. Hal ini menjelaskan bahwa seharusnya Indonesia, baik pemerintah maupun masyarakatnya, turut andil melestarikan hewan tersebut. Mulai peduli dengan kehidupan reptil-reptil di luar sana.

“Di Indonesia, reptil patut untuk dibanggakan. Orang-orang mancanegara banyak yang datang ke sini untuk mengenal reptil lebih jauh,” papar Tema. Selain komodo, reptil lain di Indonesia yang patut dibanggakan ialah ular sanca kembang. “Mungkin orang cuma tahu kalau ular terbesar di dunia itu phyton, tapi enggak banyak dari mereka yang tahu kalau ular terpanjang di dunia itu ada di Indonesia, yaitu ular sanca kembang,” tambah Tema.

Aset-aset seperti itulah yang seharusnya patut kita jaga dan kita lestarikan, kita pun juga patut berbangga dengan adanya reptil-reptil tersebut yang sebenarnya bisa dijadikan objek wisata. Namun, sayang,masyarakat masih banyak yang memandang reptil sebelah mata, terlebih lagi, pemerintah pun dirasa kurang begitu peduli dengan hal ini.

Menyebarkan Edukasi, Melalui Sosialisasi

Selain melakukan sosialisasi terhadap reptil, KRB juga menyelipkan sisi edukasi tentang reptil kepada masyarakat. “Edukasi yang kami lakukan itu berupa sosialisasi kepada masyarakat mengenai berbagai macam reptil yang berasal dari Indonesia dan juga luar Indonesia,” ujar Tema. Menurutnya, edukasi itu penting agar masyarakat mulai tahu, mengenal, dan juga peduli terhadap reptil.

Biasanya, materi-materi edukasi yang diberikan cukup beragam dan terbagi menjadi beberapa kelas. Kelas-kelas tersebut membantu para masyarakat yang ingin belajar atau pun bertanya mengenai reptil, kelas-kelas tersebut ialah kelas pemula menengah, dan mahir. Dalam edukasi kelas pemula, biasanya hanya dijelaskan mengenai jenis-jenis reptil dan bagaimana cara pemeliharaannya saja.

Edukasi pemula biasanya diberikan kepada masyarakat awam. Edukasi menengah berisikan materi mengenai cara beternak reptil dan juga perkembangbiakannya. Sedangkan materi mahir berisikan bukan materi-materi ringan untuk para penggila reptil. Edukasi yang mereka berikan biasanya tak berbatas usia, mereka melakukan sosialisasi edukasi itu terhadap semua kalangan, mulai anak-anak, remaja, hingga dewasa. “Kalau untuk anak SD, sih, kita lebih menjelaskan dengan contoh. Misalnya, kalau ular di sawah terus dibunuh, maka populasi tikus akan bertambah dan juga akan mengakibatkan padi yang terus menipis,” papar Tema.

Selain melakukan edukasi kepada masyarakat, mereka juga saling bertukar informasi antar sesama komunitas reptil, seperti Komunitas Reptil Cimahi, Komunitas Reptil Jatinangor, Komunitas Reptil Garut, dan lainnya. Dengan dilakukannya sharing informasi tersebut, KRB berharap dapat menambah akrab jalinan komunitas-komunitas reptil yang ada.

Selain melakukan sosialisasi tersebut, KRB juga mengadakan kontes-kontes reptil untuk menarik minat dan perhatian orang-orang. Di samping itu, kontes tersebut diharapkan dapat mempertemukan para pecinta reptil satu sama lain. KRB pun terus berupaya agar masyarakat tak lagi menganggap bahwa reptil adalah binatang buas dan menjijikkan.

Mengapa Reptil?

Reptil saat ini masih suka dipandang sebelah mata oleh masyarakat, mereka pun masih enggan memikirkan hewan tersebut untuk dijadikan hewan peliharaan. Namun, Tema dan kawan-kawan dari KRB justru telah dibuat jatuh cinta dengan hewan tersebut. “Pelihara reptil itu enggak ribet karena makannya hanya sekali dalam seminggu. Selain itu, dari segi waktu dan juga budget lebih ringan dibanding memelihara hewan lainnya,” ujar Tema.

Selain alasan itu, mereka juga senang bergelut di dunia reptil karena kekeluargaan yang terbina di antara sesama pecinta reptil. “Reptil itu ruang lingkupnya kecil, tetapi solid. Gampang menyebar di mana-mana,” tambah Tema. Alasan-alasan itulah yang membuat mereka tetap bertahan untuk mencintai reptil. Upaya mereka pun ternyata membuahkan hasil. Pada awalnya, di daerah Bandung sendiri hanya memiliki tiga komunitas reptil, salah satunya ialah KRB yang merupakan komunitas terbesar. Namun, seiring berjalannya waktu, saat ini mulai banyak bermunculan komunitas-komunitas reptil yang lain yang bahkan tersebar di wilayah-wilayah sekitaran Bandung.

Dengan bermunculannya komunitas-komunitas reptil tersebut sperti memberikan angin segar di dunia reptil, karena menurut mereka, komunitas lebih potensial menjaga satwa, dalam hal ini reptil, ketimbang pemerintah.

(Mentari Chairunisa) 
Share on :

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Kami menjual tikus putih untuk pakan ular atau hewan predator serta untuk penelitian. Lokasi: Kota Bandung

Daftar Harga:

TIKUS PUTIH MENCIT (Mus Musculus)
Umur 20 - 24 hari : .......... Rp 4.000,- ........... (Small I : 10-12 gram)
Umur 25 - 29 hari : .......... Rp 4.500,- ........... (Small II : 12-14 gram)
Umur 30 - 34 hari : .......... Rp 5.000,- ........... (Medium I : 14-17 gram)
Umur 35 - 39 hari : .......... Rp 5.500,- ........... (Medium II : 17-19 gram)
Umur 40 - 44 hari : .......... Rp 6.000,- ........... (Large I : 19-22 gram)
Umur 45 - 49 hari : .......... Rp 6.500,- ........... (Large II : 22-25 gram)
Umur 50 - 54 hari : .......... Rp 7.000,- ........... (Large III : 25-28 gram)
Umur 55 - 59 hari : .......... Rp 7.500,- ........... (Large IV : 28-30 gram)
Umur 60 hari - up : .......... Rp 8.000,- ........... (Jumbo : 30-50 gram)

TIKUS PUTIH RAT (Rattus Norvegicus)
Silakan hubungi kami.

Peternakan Tikus Putih Bandung
"Bang Harry"
Rodent Biofarm

Alamat Rumah :
Jl. Jalaprang No.67 Cibeunying Kaler
Sukaluyu - Bandung

Lokasi Peternakan :
Jl. Sasak Batu (Cileuweung)
Jatihandap - Bandung
(Satu area dengan kolam pemancingan ikan, Cileuweung)

Kontak (Mohon SMS dulu sebelum menelpon) :
1. Bang Harry
(Pemilik Peternakan):
0821-1516-9917

2. A'tandi
(Staff Peternakan):
0878-2704-6236

Silakan hubungi kami segera sebelum kehabisan stok.

Posting Komentar

 
© Copyright 8ANDUNG TERKINI 2012 - Media Online Terkini. Some rights reserved, kostumisasi layout oleh Dyah Eka | Diberdayakan oleh Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all