Banyak orang yang mengatakan bahwa reptil adalah hewan yang buas dan menjijikkan. Tunggu dulu, kenyataannya reptil bisa menjadi hewan peliharaan yang jinak seperti halnya kucing dan juga anjing. Komunitas Reptil Bandung (KRB) tengah melakukan ‘promosi’ gencar-gencaran mengenai kelayakan reptil untuk dijadikan hewan peliharaan ini. “Dulu, kita pernah nyoba bawa reptil jalan-jalan di Ciwalk, tapi ternyata kita diusir, padahal Ciwalk itu termasuk pet-mall,” ujar Tema Datresta, ketua KRB.
Fakta-fakta
yang mengungkap bahwa reptil masih dipandang sebelah mata itulah yang membuat
KRB bertekad untuk memasyarakatkan reptil. Untuk mewujudkan tekad tersebut, KRB
mulai melakukan sosialisasi mengenai reptil di acara-acara yang diselenggarakan
di Kota Bandung. Selain membuka stan di acara-acara tersebut, KRB juga rutin
mengadakan sosialisasi di Car Free Day (CFD)
setiap Minggu. Mereka biasanya membawa reptil-reptil peliharaan mereka,
seperti biawak, ular, dan iguana agar orang-orang mulai menjadi terbiasa dengan
reptil.
Banyak
yang tidak menyadari bahwa reptil sebenarnya adalah aset berharga yang dimiliki
Indonesia. Reptil terbesar di dunia berada di Indonesia, yakni komodo. Hal ini
menjelaskan bahwa seharusnya Indonesia, baik pemerintah maupun masyarakatnya,
turut andil melestarikan hewan tersebut. Mulai peduli dengan kehidupan reptil-reptil
di luar sana.
“Di
Indonesia, reptil patut untuk dibanggakan. Orang-orang mancanegara banyak yang
datang ke sini untuk mengenal reptil lebih jauh,” papar Tema. Selain komodo, reptil
lain di Indonesia yang patut dibanggakan ialah ular sanca kembang. “Mungkin
orang cuma tahu kalau ular terbesar di dunia itu phyton, tapi enggak banyak dari mereka yang tahu kalau ular terpanjang
di dunia itu ada di Indonesia, yaitu ular sanca kembang,” tambah Tema.
Aset-aset seperti itulah yang seharusnya patut kita jaga dan kita lestarikan, kita pun juga patut berbangga dengan adanya reptil-reptil tersebut yang sebenarnya bisa dijadikan objek wisata. Namun, sayang,masyarakat masih banyak yang memandang reptil sebelah mata, terlebih lagi, pemerintah pun dirasa kurang begitu peduli dengan hal ini.
Menyebarkan Edukasi, Melalui
Sosialisasi
Selain melakukan sosialisasi terhadap reptil, KRB juga menyelipkan sisi edukasi tentang reptil kepada masyarakat. “Edukasi yang kami lakukan itu berupa sosialisasi kepada masyarakat mengenai berbagai macam reptil yang berasal dari Indonesia dan juga luar Indonesia,” ujar Tema. Menurutnya, edukasi itu penting agar masyarakat mulai tahu, mengenal, dan juga peduli terhadap reptil.
Biasanya,
materi-materi edukasi yang diberikan cukup beragam dan terbagi menjadi beberapa
kelas. Kelas-kelas tersebut membantu para masyarakat yang ingin belajar atau
pun bertanya mengenai reptil, kelas-kelas tersebut ialah kelas pemula menengah,
dan mahir. Dalam
edukasi kelas pemula, biasanya hanya dijelaskan mengenai jenis-jenis reptil dan
bagaimana cara pemeliharaannya saja.
Edukasi pemula biasanya diberikan kepada masyarakat awam. Edukasi menengah berisikan materi mengenai cara beternak reptil dan juga perkembangbiakannya. Sedangkan materi mahir berisikan bukan materi-materi ringan untuk para penggila reptil. Edukasi yang mereka berikan biasanya tak berbatas usia, mereka melakukan sosialisasi edukasi itu terhadap semua kalangan, mulai anak-anak, remaja, hingga dewasa. “Kalau untuk anak SD, sih, kita lebih menjelaskan dengan contoh. Misalnya, kalau ular di sawah terus dibunuh, maka populasi tikus akan bertambah dan juga akan mengakibatkan padi yang terus menipis,” papar Tema.
Edukasi pemula biasanya diberikan kepada masyarakat awam. Edukasi menengah berisikan materi mengenai cara beternak reptil dan juga perkembangbiakannya. Sedangkan materi mahir berisikan bukan materi-materi ringan untuk para penggila reptil. Edukasi yang mereka berikan biasanya tak berbatas usia, mereka melakukan sosialisasi edukasi itu terhadap semua kalangan, mulai anak-anak, remaja, hingga dewasa. “Kalau untuk anak SD, sih, kita lebih menjelaskan dengan contoh. Misalnya, kalau ular di sawah terus dibunuh, maka populasi tikus akan bertambah dan juga akan mengakibatkan padi yang terus menipis,” papar Tema.
Selain
melakukan edukasi kepada masyarakat, mereka juga saling bertukar informasi
antar sesama komunitas reptil, seperti Komunitas Reptil Cimahi, Komunitas
Reptil Jatinangor, Komunitas Reptil Garut, dan lainnya. Dengan
dilakukannya sharing informasi
tersebut, KRB berharap dapat menambah akrab jalinan komunitas-komunitas reptil
yang ada.
Selain melakukan sosialisasi tersebut, KRB juga mengadakan kontes-kontes reptil untuk menarik minat dan perhatian orang-orang. Di samping itu, kontes tersebut diharapkan dapat mempertemukan para pecinta reptil satu sama lain. KRB pun terus berupaya agar masyarakat tak lagi menganggap bahwa reptil adalah binatang buas dan menjijikkan.
Mengapa Reptil?
Reptil
saat ini masih suka dipandang sebelah mata oleh masyarakat, mereka pun masih
enggan memikirkan hewan tersebut untuk dijadikan hewan peliharaan. Namun, Tema
dan kawan-kawan dari KRB justru telah dibuat jatuh cinta dengan hewan tersebut. “Pelihara
reptil itu enggak ribet karena makannya hanya sekali dalam seminggu. Selain
itu, dari segi waktu dan juga budget lebih ringan dibanding memelihara hewan lainnya,” ujar Tema.
Selain
alasan itu, mereka juga senang bergelut di dunia reptil karena kekeluargaan yang terbina di antara sesama pecinta reptil. “Reptil itu ruang lingkupnya kecil,
tetapi solid. Gampang menyebar di mana-mana,” tambah Tema. Alasan-alasan
itulah yang membuat mereka tetap bertahan untuk mencintai reptil. Upaya mereka
pun ternyata membuahkan hasil. Pada awalnya, di daerah Bandung sendiri hanya
memiliki tiga komunitas reptil, salah satunya ialah KRB yang merupakan
komunitas terbesar. Namun, seiring berjalannya waktu, saat ini mulai banyak
bermunculan komunitas-komunitas reptil yang lain yang bahkan tersebar di
wilayah-wilayah sekitaran Bandung.
Dengan
bermunculannya komunitas-komunitas reptil tersebut sperti memberikan angin
segar di dunia reptil, karena menurut mereka, komunitas lebih potensial menjaga
satwa, dalam hal ini reptil, ketimbang pemerintah.
(Mentari Chairunisa)
(Mentari Chairunisa)
1 komentar:
Kami menjual tikus putih untuk pakan ular atau hewan predator serta untuk penelitian. Lokasi: Kota Bandung
Daftar Harga:
TIKUS PUTIH MENCIT (Mus Musculus)
Umur 20 - 24 hari : .......... Rp 4.000,- ........... (Small I : 10-12 gram)
Umur 25 - 29 hari : .......... Rp 4.500,- ........... (Small II : 12-14 gram)
Umur 30 - 34 hari : .......... Rp 5.000,- ........... (Medium I : 14-17 gram)
Umur 35 - 39 hari : .......... Rp 5.500,- ........... (Medium II : 17-19 gram)
Umur 40 - 44 hari : .......... Rp 6.000,- ........... (Large I : 19-22 gram)
Umur 45 - 49 hari : .......... Rp 6.500,- ........... (Large II : 22-25 gram)
Umur 50 - 54 hari : .......... Rp 7.000,- ........... (Large III : 25-28 gram)
Umur 55 - 59 hari : .......... Rp 7.500,- ........... (Large IV : 28-30 gram)
Umur 60 hari - up : .......... Rp 8.000,- ........... (Jumbo : 30-50 gram)
TIKUS PUTIH RAT (Rattus Norvegicus)
Silakan hubungi kami.
Peternakan Tikus Putih Bandung
"Bang Harry"
Rodent Biofarm
Alamat Rumah :
Jl. Jalaprang No.67 Cibeunying Kaler
Sukaluyu - Bandung
Lokasi Peternakan :
Jl. Sasak Batu (Cileuweung)
Jatihandap - Bandung
(Satu area dengan kolam pemancingan ikan, Cileuweung)
Kontak (Mohon SMS dulu sebelum menelpon) :
1. Bang Harry
(Pemilik Peternakan):
0821-1516-9917
2. A'tandi
(Staff Peternakan):
0878-2704-6236
Silakan hubungi kami segera sebelum kehabisan stok.
Posting Komentar